Perkembangan anak merupakan tanggung jawab besar bagi orang tua, salah satu aspek penting adalah kesehatan anak, termasuk kesehatan mata. Gangguan penglihatan dapat terjadi, dari kelainan refraksi yang ringan hingga berat, termasuk low vision yang disebabkan oleh katarak, glaukoma, dan degenerasi makula. Low vision pada anak disebabkan oleh kelainan congenital, seperti retinitis pigmentosa, distrofi cornea, dan anomali vaskular. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dengan mengumpulkan dan menganalisis hasil kuesioner terkait peran orang tua dalam penanganan anak low vision, dengan total sampel berjumlah 35 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi yaitu semua anggota Komunitas Low Vision NewGen dan anggota Komunitas Low Vision NewGen yang menjadi orang tua bagi anak low vision. Dari penelitian ini dihasilkan anak responden berjenis kelamin laki-laki adalah 19 orang (54.3%) dan berjenis kelamin perempuan adalah 16 orang (45.7%), dengan usia di bawah 16 tahun. Berdasarkan visus < 6/18 berjumlah 30 orang (85.7%) dan visus > 6/18 berjumlah 5 orang (14.3%). Dari pertanyaan kuesioner yang dibagikan didapat nilai jawaban 24 berjumlah 1 orang (2.9%), nilai jawaban 35 berjumlah 1 orang (2.9%), nilai jawaban 38 berjumlah 2 orang (5.7%), nilai jawaban 41 berjumlah 1 orang (2.9%), nilai jawaban 42 berjumlah 2 orang (5.7%), nilai jawaban 43 berjumlah 2 orang (5.7%), total dengan nilai jawaban 45 berjumlah 24 orang (68.6%). Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebanyak 24 orang (68.6%) dari 35 orang (100%) memilih ‘sangat setuju’ di setiap indikator pertanyaan, yang menunjukkan bahwa setiap indikator pertanyaan terbukti sebagai peranan penting orang tua pada penanganan anak low vision.

Peranan Orang Tua, Anak Low Vision.

https://perpus.e-leprindo.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1673

Abdul Wahab, A. S. (2021). Penyajian Data Dalam Tabel Distribusi Frekuensi Dan Aplikasinya Pada Ilmu Pendidikan; Arfatin Nurrahmah, M. F. (2021). Pengantar Statistika 1. Media Sains Indonesia; Jack Hazekamp, K. M. (1989). Program Planning and Evaluation for Blind and Visually Impaired Students. New York; Jinnah, H. A., & Walters, L. H. (2008). Including Parents in Evaluation of a Child Development Program: Relevance of Parental Involvement. Early Childhood Research & Practice; Julie A. Brechner, O. (1999). Low Vision Rehabilitaion: Caring for the Whole Person; Keeffe, J. (1997). Penilaian Penglihatan Kurang Awas Di Negara-Negara Berkembang (Vol. 2). Melbourne, Australia; Lutfah Rif"ati, R. P. (2007). Besaran Masalah dan Kebutaan di Indonesia Serta Berbagai Faktor. Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes, DepKes RI; Lutfah Rif’Ati, A. H. (2021). Blindness and Visual Impairment Situation in Indonesia Based on Rapid Assessment of Avoidable Blindness Surveys in 15 Provinces. Ophthalmic Epidemiology, 408-419; Martono, N. (2010). METODE PENELITIAN KUANTITATIF: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Raja Grafindo; Nurhadi, N. S. (2016). Teknik Membaca. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=957235; Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI . (2014). Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. https://www.kemkes.go.id/development/resources/download/tabloid/infodatin/infodatin-penglihatan.pdf; Sativa, R. L. (2015). Pertuni : Tiga-perempat Tunanetra adalah Penyandang Low Vision. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3047884/pertuni-tigaperempat-tunanetra-adalah-penyandang-low-vision; Saul Mcleod, P. (2019). Qualitative Vs Quantitative Research: Differences, Examples & Methods; World Health Organization. (1992). Management of low vision in children : report of a WHO consultation. WHO Programme for the Prevention of Blindness. Bangkok. Retrieved from https://apps.who.int/iris/handle/10665/61105; World Health Organization. (2013). Universal eye health: a global action plan 2014-2019; World Health Organization. (2019). Internatioal Classilicationof Diseases 11th Revision.