Detail
Date Post :2023-10-19 06:57:00
Hubungan Hasil Keratometri Dengan Kelainan Refraksi Pada Mahasiswa Aro Leprindo Jakarta 2023
Abstract
Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab gangguan pengelihatan terbanyak di indonesia dan menjadi penyebab kebutaan tertinggi di seluruh dunia. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab utama gangguan pengelihatan pada anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia. Diperkirakan sebanyak 8 juta orang dengan gangguan pengelihatan di indonesia, sebanyak 6 juta orang mengalami kebutaan dan ditambah dengan 6,4 juta orang yang memiliki gangguan pengelihatan sedang dan berat. Dan adapun penyebab lainnya seperti kelainan refraksi, glaukoma dan kelainan mata yang berhubungan dengan diabetes lainnya. Keratometer merupakan alat pemeriksaan mata yang digunakan oleh optalmologi dan optometris untuk mengukur kelengkungan kornea, tujuan utama keratometer adalah untuk melihat daya pembiasan optik kornea yaitu permukaan pembiasan cembung. Saat sebuah objek dengan ukuran yang di letakan pada jarak yang di tentukan dari permukaan kornea sehingga ukuran gambar yang dipantulkan dari objek tersebut dapat diukur dengan teleskop pengukur.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menghitung data penelitian berupa angka-angka yang akan diukur menggunakan statistik yang didapat dari hasil alat keratometri.
Dari hasil penelitian ini didapati antara laki-laki dan perempuan mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu didapati hasil adanya hubungan keratometri dengan kelainan refraksi antara miopia dan astigmatisma sebesar 0,001.
Kesimpulan dari penelitian ini didapati bahwa pada laki-laki di usia 18-25 tahun memiliki kelainan refraksi miopia dan astigmatisma.
keywords
Keratometer, kelainan refraksi, koreksi refraksi
URL
Refrensi
Chisholm C, Woods CA. Contact Lens Assesment. Dalam: Clinical Prosedures in Primary Eye Care. China: Elsevier;2014. Hlm. 112-145;
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Optical Instruments and Low Vision Aids. Dalam: Clinical Optic. United States of America: American Academy of Ophthalmology ;1014. Hlm.137-284;
Despopoukos A, Silbernagi S. Dalam: Color Atlas Of Physiology 6th. London;1008. Hlm 344-346;
Gutmark R, Guyton DL. Orgins of the keratometer and its Evolving Role in Opthalmology. Dalam: Survey of Opthalmology. Marland: Elsevier;2010. Hlm. 481-497;
Hamer CA, Buckhurst H, Purslow C, Shum GL, Habib NE. Comparison of reliability of corneal curvature assessment with six keratometers. Dalam: Clinical and Experimental Optometry. Australia;1016. Hlm. 1-7;
Horner DG, Salmon TO, Soni PS. Corneal Topography. Dalam: Borish’s Clinical Refraction. Hlm. 645-678;
Kaschake M, Donnerhacke KH, Rill MS. Optical Visualization, Imaging, and Structural Analysis Dalam: Optical Devices in Opthalmology and Opthometry. Singapore: Wiley-Vch;1014 Hlm. 178-188;
Kumar DA, Kaur H, Agarwal A, Selvaraj S, Corneal topography and keratometry changes after glued intraocular lens implantation. Dalam: Juournal of Cataract & Refractive Surgery: Elsevier;1017. Hlm. 1062-1067;
Leprindo, Aro. (2019). Visi Misi Tujuan & Sasaran. Jakarta : Aro Leprindo;
O’Hara MA. Optic and Refractive States of the Eye. Dalam: Opthalmic Medical Assisting. United States of america; America Academy of Opthalmology;1017. Hlm. 67-70;
Sugiono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G. Bandung: Alfabeta.